Bukan Dongeng J.K Rowling Lagi



@DhoKudo 




Judul                : The Casual Vacancy (Perebutan Kursi Kosong)

Penulis             : J.K Rowling

Penerbit            : Qanita

Tebal                : 594 halaman

Terbit                : Cetakan Pertama, Noember 2012

Sebelum membacanya saya sempat khawatir: takut kecewa. Sebab tujuh buku Harry Potter sebelumnya begitu berkesan. Saya salah, walau ini bukan masterpiece-nya, J.K Rowling tetaplah mengundang decak kagum.

Ucapkan selamat tinggal pada mantra-mantra aneh dan dunia ajaib rekaan J.K Rowling dalam serial Harry Potter yang melejitkan namanya. Tak ada lagi nama-nama seperti Dumbledore atau Voldemort. Kali ini semua nama terkesan wajar seperti penduduk Inggris lainnya; Barry; Howard; Andrew.

Mengambil setting di Pagford, sebuah kota kecil rekaan J.K Rowling bertempat di West Country. Kota ini terispirasi dari kampung halaman Rowling di Forest of Dean. Sepertinya Pagford juga perpaduan dari dua tempat nyata di Inggris: Pagnell dan Chagford.

Pagford didiami penduduk yang punya banyak masalah sosial. Perampokan, peredaran narkoba, seks bebas, dan rasisme. Maka setiap tokoh dalam Casual Vacancy diset antagonis. Semua tokoh memberontak, semua tokoh punya kepentingan. Pribadi yang rumit dan sarat akan intrik.

Cerita dimulai dengan kematian Barry Fairbrother, salah satu anggota Dewan Kota Pagford. Diadakanlah pemilihan umum untuk tentukan dewan kota yang baru. Perebutan kursing kosong Barry memicu persaingan kotor.  Tak hanya itu, persoalan politik rupanya merembes kemana-mana.

Sejak lama Dewan Kota terpecah menjadi dua kubu: satu mempertahankan Daerah Fields yang secara administratif jadi bagian Pagford (Kubu Barry) sedang kubu Howard ingin membuang Fields ke Yarvil, tempat sebagian penduduk Fields berasal.

Fields ditengarai sebagai sumber kejahatan di Pagford. Mengambil tokoh Krystal Weedon pelajar SMA yang nakal. Krystal adalah remaja seksi dan badung. Ia kerap membuat ulah, disatu sisi mendiang Barry sangat berusaha menghapus kesan buruk keluarga Weedon.

Melihat keluarga Weedon lah yang coba dibina Barry, Kubu Howard semakin mendesak mengusir Fields. Keluarga Weedon terkenal akan reputasi buruk akibat seks bebas dan heroin. Di lain pihak, tanpa Barry, kubunya lemah.

Kompleksitas permasalahan sosial di Pagford mengingatkan saya pada film Freedom Writers arahan sutradara Richard LaGravenese, dimana lingkungan sosial remaja yang sarat akan narkoba, kekerasan, dan pembangkangan terhadap orang tua menjadi wajah utamanya. Bukan bermaksud menyarankan The Casual Vacancy untuk difilmkan, saya lebih tertarik jika ini diangkat dalam serial drama televisi.

Seperti biasa, sudah terbukti di Harry Potter, setiap tokoh yang dihadirkan J.K Rowling selalu mampu meniupkan ruh baru pada cerita. Sekecil apapun ia, Rowling tak cuma membuat ia sekedar menumpang lewat.

Misalnya Robbie, adik Krystal Weedon yang berusia tiga tahun. Pada awal cerita, Robbie hanya terkesan dihadirkan tanpa guna apapun. Maksud saya, tak sedikitpun Robbie mempengaruhi cerita, selain dia adalah adik Krystal. Namun di paruh terakhir ceita, Robbie menjadi pengikat yang tak terduga antara belasan tokoh lain dalam Casual Vacancy. Untuk itu saya beri rasa hormat pada J.K Rowling. Cerdas.




Untuk penulisan dan penokohan seperti saya tulis di atas, J.K Rowling tak perlu diragukan lagi. Namun sayang, konflik perebutan kursi kosong yang menjadi tajuk buku tidaklah digambarkan secara gamblang. Rowling larut dalam pribadi tokoh-tokohnya yang menggemaskan. Hingga kisah perebutan kursi kosong tak terlalu dieksplor. Padahal menarik sebetulnya mengetahui bagaimana Rowling menulis tentang kemelut politik.

Novel dewasa pertamanya ini sarat akan umpatan dan makian semacam sialan atau f*ck. Atau semacam kalimat bernada seksual, yang tak akan pernah didapati di Harry Potter. Dalam versi aslinya, frasa "that miraculously unguarded vagina” sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial di awal kemunculan buku ini. 

Rowling tak ragu lagi menggambarkan kelamin dan hubungan seksual. The Casual Vacancy memang bukan buku dongeng anak-anak.

Comments