#7 Tentang Rasa: Selamat Malam dan Mimpi Indah
Perempuan itu bolak-balik mengetik dan menghapus huruf-huruf di telepon genggamnya.
Sudah sepuluh menit lebih ia mengulangnya. Namun tiap satu pesan beres, ia urung mengirimnya. Alih-alih ia malah merutuk diri dan mengetik pesan baru.
Ia memang tengah dilanda gundah lagi. Ia tak mendapat kabar dari lelaki pujaanya. Walau hal ini sudah biasa, ia tetap ingin mengontak dan mengetahui apa yang tengah lelakinya lakukan.
Lima tahun kebersamaan mereka, ia tetap tak bisa memenangkan hati lelakinya. Tak lagi kode keras yang ia berikan. Tapi pernyataan; pemberitahuan; pembuktian; pengorbanan. Sang lelaki tetap tak menerima cintanya.
Bagi si Perempuan, semua penolakan itu bukan berarti akhir, tapi level-level rintangan yang harus ia singkirkan.
Seperti bunyi petuah lama, hanyalah keberhasilan yang tertunda.
Maka ia terus saja mengirimi pesan kepada lelakinya. Membangun percakapan-percakapan akrab. Menanyakan apa yang tengah dilakukan dan mau kado apa di ulang tahun nanti.
Lelakinya memang merespon. Jawaban-jawabannya tak mengisyaratkan benci. Pegangan si Perempuan untuk terus berjuang.
Seperti suatu siang, si Perempuan begitu rindu pada lelakinya. Ia teringat lagu yang ia nyanyikan diringi petikan gitar lelakinya. Lagu itu membuatnya tak kuasa menahan rasa.
Segera ia mengirim pesan. Dimulai dengan menanyakan kabar dan kesibukan apa. Kemudian mengajak lelakinya keluar. si Lelaki menyanggupi namun mengajukan di hari lain.
Hari itu tiba, si Perempuan sudah siap dari sore. Malam ini ia akan bertemu lelakinya. Ia menganggap ini kencan, walau tak yakin dengan persepsi lelakinya.
Sudah satu jam terlambat dari waktu perjanjian. Lelakinya belum juga muncul untuk menjemput. Ia kirim pesan, menelepon, tapi tak digubris.
Dua jam berlalu, si Lelaki membalas pesan berisi alasan tak bisa. Perempuan itu hanya diam. Ia menggigit bibirnya pelan.
Hawa dingin malam merajamnya. Ia pun masuk ke dalam rumah dan menghapus dandanannya.
Sebelum mencuci muka, ia sempatkan membalas pesan lelakinya. Menyatakan ia tak keberatan dan mengerti keadaanya. Tak lupa ia membubuhkan kalimat, "kita bisa keluar di lain waktu."
Tak ada balasan lagi dari lelakinya.
Tapi si Perempuan masih gundah gulana. Ia kirim pesan lagi. Walau tak tahu bicara apa, ia tetap ingin tahu apa yang lelakinya sedang lakukan.
Ia mengambil telepon genggamnya dan mulai mengetik pesan. Selesai. Namun ia menghapus pesan itu lagi dan menulis pesan baru. Begitu berulang kali.
Terakhir ia memberanikan diri juga. Dan mengirim pesan, "Selamat malam, semoga tidurmu lelap dan mimpi indah."
Pesan yang sama, di penghujung malam-malamnya.
Comments