Sudah Berapa Hari Kini?


Sudah berapa hari kini? 

Aku sudah tak selera menghitung. Aku berjalan dalam gelap dan dingin. Mencari sesuatu untuk kusuluti api. Api itu akan kusulut besar, kalau bisa semua orang tahu. Tapi, sayangku, cintaku padamu bukan untuk ditepuki orang-orang. Cintaku padamu hanyalah soal kita berdua. Dan saat kau menghilang seperti sekarang, maka panas dari api yang kusulut kuharap mewujud panas tubuhmu. Mengusir dingin dan menerangi jalanku.


Apa yang sedang kau pikirkan? Mengapa begitu sulit bagimu untuk melihatku? Bukankah semua hal sudah kulakukan untuk membuktikan kalau aku pantas mendapatkan cintamu. Bahkan, di malam itu, kau sudah menerima cintaku. Lantas, mengapa kau pergi tanpa penjelasan? Hanya perdebatan terakhir kita yang tersisa dan itu bukanlah perkara enak untuk dijadikan alasan kau menjauh. 


Kita punya cerita yang pantas untuk diulang-ulang. Kita punya harapan yang besar untuk diwujudkan. Kita juga punya sesuatu yang bisa dipegang. Tapi, apa artinya semua itu tanpamu? Akan kusulut api sebesar, setinggi mungkin agar kau lihat. Akan kutata bintang merujuk tempatku berada agar kau tahu jalan pulang. Selalu kusebut namamu dalam doa-doaku agar lunak hatimu. Lantas, apa yang tengah kau perbuat?


Aku tak punya apapun selain kamu. Cintaku besar, luas, dalam tapi kau tahu hanya mengarah padamu. Saat aku tak tahu kau di mana, cintaku terombang-ambing bak dandelion yang tertiup angin. Terbang ke mana angin bertiup, jatuh saat angin lelah meniup. Kau pikir ia tumbuh di padang baru? Tidak, sayang. Dandelionku hanya hanya tumbuh di padangmu. Tempat yang kini bahkan tak kutahu rimbanya.


Jika kau tengah memikirkanku, apa yang tersirat di sanubarimu? Cinta lelaki inl tak tahu diri ini membebanimu? Bagaimana caranya melepaskan diri dari manusia tak berguna ini? Sayangku, apapun yang tengah kau pikirkan tentangku, kumohon beritahu aku. Lepaskan aku jika itu yang menjadi maumu. Paling tidak aku tahu artiku bagimu dan aku tak sibuk menerka-nerka. Atau yang paling sedih, aku tak sibuk merangkai mimpi bersamu di angan-anganku. Soal nasibku yang kau lepaskan, tenang saja. Memang sedih akan melanda. Tapi, aku dulu sudah belajar melepaskan. Semoga aku masih ingat apa-apa yang harus kulakukan untuk melupakanmu.


Tapi, jika semua itu tidak benar. Dan kau hanya butuh penguatan. Maka, tabuhlah genderang sekencang yang kau bisa. Aku akan mendengarnya dan berlari ke arahmu. Aku akan menghapus semua ragumu hingga kau tak perlu lagi tahu apa arti berpura-pura. Aku hanya butuh kau tegas soal semua ini. Jangan lari, sayangku. Selesaikan apa yang perlu diselesaikan. Lalu kita akan tahu jalan apa yang bisa kita tempuh. Bersama atau masing-masing.

Comments