Mengintip 'Membasuh' Calon Album Perdana Hindia yang Menyinggung Isu Kesehatan Mental

Sumber: suneatercoven.com

Hindia ialah oase lain dari hiruk-pikuk belantika musik dalam negeri saat ini. Kehadirannya semakin menambah daftar musisi yang kuat dalam pilihan diksi di liriknya dan menjadikan puisi naik kelas lagi.
Di artikel ini, saya akan membahas bagaimana Hindia membuat nuansa di musik pop kekinian dengan lirik-lirik bermakna dalam dan humanis dan soal ia mencoba menghadirkan isu kesehatan mental ke kuping kita.


Hindia adalah nama panggung yang dipilih Baskara Putra dalam bersolo karier dan lepas dari citranya sebagai vokalis di .Feast. Baskara Putra tidak keluar dari .Feast, ia tetap berada di grup band rock yang membesarkan namanya itu. Hanya saja, ia ingin mengekspresikan sisi artistiknya yang lain lewat Hindia. Baskara menyatakan alasan ia memilih nama Hindia sebagai nama panggung sebagai berikut: "Saya senang mendengarkan. Hindia diciptakan karena saya menemukan mata air pribadi saya di sini; lebih besar dari oase, lebih ganas dari sungai, lebih dalam dari danau. Dalam mendengarkan, saya menjadi tahu bagian diri mana yang dapat saya buka luka dan ceritanya untuk membasuh orang lain; dalam prosesnya saya juga menemukan tujuan dan kebahagiaan. Pisces hidup di samudra. Mungkin hidup memang harus dilandasi dengan memberi dan memberi, memikirkan air yang kita miliki belakangan, tak sadar bahwa selama ini jawabannya sudah ada dalam diri sendiri, sama seperti bagaimana Hindia ada jauh sebelum semen dan besi berdiri di Indonesia."

Dari beberapa lagu yang sudah dirilis, Hindia jelas berbeda dengan .Feast. Jika .Feast musiknya lebih rock dan punk rock, maka Hindia jauh lebih pop. Jika .Feast terasa berapi-api macam mahasiswa demo dalam menyampaikan musiknya, Hindia lebih kalem dan personal. Hal ini juga diakui Hindia seperti dilansir dari siasatpartikelir.com (Saya juga sedang membuat beberapa pertanyaan untuk dikirimkan ke Hindia. Semoga beliau sudi menjawabnya.)

Materi musik Hindia yang lebih pop dan kalem dengan pendekatan modern, radio pop, EDM, dan akustikan sukses membuat saya lupa kalau dia juga bergabung di .Feast yang kerap marah dalam musiknya.

Dari unggahan-unggahan Sun Eater, label yang menaungi Hindia (juga .Feast) diketahui kalau sebentar lagi Hindia akan mengeluarkan album perdana bertajuk Membasuh. Kemarin, nomor Membasuh yang Hindia nyanyikan bersama Rara Sekar juga sudah dirilis, menyusul beberapa lagu lain dari album Membasuh ini yang juga sudah dirilis dari Mei lalu.

Kita lihat lagu-lagunya satu per satu.

1. Evaluasi

Evaluasi menjadi lagu pertama yang menandai kemunculan Baskara Putra sebagai Hindia. Lagu yang dirilis 2 Mei lalu ini dibalut mixing EDM yang membuat kakimu enggan untuk tak bergoyang. Evaluasi membuat pendengar berkontemplasi dengan diri sendiri. Seolah mengajak kita untuk menyudahi hari ini apapun yang sudah terjadi. Mengevaluasinya sebelum tidur. Bersyukur jika itu sesuai rencana dan tak apa kalau tak sesuai rencana. Toh, hari esok masih ada.

2. Secukupnya

Keesokan harinya, di kanal Youtube Sun Eater, dirilislah Secukupnya. Kembali hadir dengan musik yang bersemangat. Lagunya sendiri bercerita soal menerima kenyataan sepahit apapun itu. Boleh bersedih karena itu bagian dari menjadi manusia. Namun, seperti dalam penggalan liriknya: //bersedihlah secukupnya// Musik video untuk lagu ini juga sudah dirilis pada 16 Mei lalu. Dari klip ini footage mentah milik Valen yang direkam mendiang ayahnya. Valen juga tampil menari di musik video Secukupnya ini. Footage-footage mentah macam ini kemudian menjadi gaya visual yang dipilih Hindia untuk visualisasi album Membasuh, sepertinya.

Siasatpartikelir.com dalam wawancaranya dengan Hindia menyatakan kalau Evaluasi menjadi lagu yang menampillkan benang merah dari album Membasuh ini, yaitu kesadaran tentang kesehatan mental. Namun, bagi saya, Secukupnya justru lebih baik menyampaikan maksud itu dibanding Evaluasi. Dari wawancara itu saya juga akhirnya tahu kalau Evaluasi justru menjagi lagu paling akhir di album Membasuh kelak. Hindia menyatakan, lagu-lagu di albumnya nanti runut bercerita dari nomor pertama hingga Evaluasi di akhir.

3. Jam Makan Siang

Ini adalah nomor favorit saya sejauh ini. Apalagi bagian rap yang dibawakan oleh Matter Mos. Lagu yang dirilis 14 Juni lalu ini mengajak kita untuk berpikir di jam makan siang. Tetapi, tentu, berpikir soal hidup dan perencanaanya tidak mungkin bisa dilakukan di selang jam makan siang, bukan? Terlalu sempit waktunya.

Namun, jam makan siang adalah saat-saat kebanyakan dari kita istirahat dari segala rutinitas dan memberi kesempatan bagi jiwa dan raga untuk jeda. Di jam-jam itu bisalah mengulas dengan cepat apa yang belum dan apa yang sudah dilakukan untuk hidup sendiri. Mengusik diri sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan filosifis. Saya mendapatkan kesan itu setelah mendengarkan lagu ini.

Kata Matter Mos: //Hidup tak semudah membalik telapak tangan//tak ada jalan singkat tuk menuai yang kau tanam//sadari yang kau cari//itu butuh dirancang//kecuali dietmu hanya makanan instan//

I love those parts.

4. Belum Tidur

Awal Juli kemarin, semua heboh saat Belum Tidur dirilis. Saya juga heboh karena tidak menyangka Sal Priadi akan turut mengisi suara di lagu akustikan ini.  Secara musik Hindia dan Sal Priadi ada kemiripan. Keduanya adalah musisi yang kuat dalam memilih diksi dan memesona ketika berpuisi atau bernyanyi, terserahlah. Di tangan keduanya, diksi-diksi itu menjelma puisi yang enak didengar kala dimusikalisasi. Seperti yang saya tulis di ulasan soal Sal Priadi, ia adalah musisi yang mengingatkan saya dengan keseruan memusikalisasi puisi saat sekolah dulu. (Baca ulasan Sal Priadi di SINI.)

Belum Tidur bercerita soal keresahan-keresahan yang dirasakan oleh manusia tiap malam. Mungkin karena sedang merasa tertekan dengan pekerjaan, sedih karena tak punya pekerjaan, masalah keluarga atau cinta, apapun. //belum tidur bukan lembur//belum tidur bukan lembur// Saya menangkap maksud itu setelah mendengar nomor ini. Hindia dan Sal Priadi mewakili suara-suara bingung dan cemas kita dan menghadirkan "pengalaman" saat mendengarkan Belum Tidur dengan memisah suara Hindia dan Sal Priadi jika didengarkan lewat earphone.

5. Membasuh

Dirilis dua hari yang lalu dan Hindia berduet dengan Rara Sekar (pengisi soundtrack film Dua Garis Biru dengan lagu Growing Up)

Lagu ini lagi-lagi membiarkan kita menjadi manusia apa adanya. Mengesampingkan segala hal yang kontradiktif dalam diri kita soal baik dan buruk yabg sangat relatif dan bias. Mempersilakan diri untuk berbuat baik untuk sesama dalam konteks kemanusiaan tanpa melihat siapa kita dan masa lalu. Toh, tak ada manusia yang benar-benar suci. Kecuali Nabi.

Membasuh semakin mempertegas bahwa Hindia memang mengangkat pergulatan batin dengan diri sendiri dan mendekatkannya dengan apa yang kebanyakan orang rasakan untuk untuk terhubung dengan kita.

Sejauh ini, yang bisa saya baca dari materi lagu-lagu di Membasuh yang sudah dirilis ini, dalam kaitannya dengan kesehatan mental, Hindia mempersilakan kita untuk mengenal diri sendiri, menerima apapun yang ada pada diri dan kehidupan kita. Membiarkan kesedihan terjadi jika terjadi, membiarkan keresahan menggenang jika meluap. Dengan melihat ke dalam dan tak mengabaikan sisi-sisi diri yang kerap dianggap negatif, justru bisa ditemukan jawaban dan harapan untuk terus memperbaiki diri. Mungkin penyelesaian dan jawaban itu tak muncul hari ini, tapi harapan untuk kemunculan itu ada. Hari yang ditunggu-tunggu itu akan tiba.

Terakhir, tentu saya bersemangat menanti versi lengkap dari album Membasuh ini. Soal isu kesehatan mental, Hindia bijak memosisikan diri. Tak menggurui dengan bilang harus begini atau begitu. Ia mempersilakan kita berproses masing-masing.

Saya jadi teringat ucapan seorang dokter gigi di video VICE beberapa tahun lalu terkait pengalamannya mencoba merasakan pengalaman dimakamkan untuk menjaga kewarasannya (tayangan itu membahas Korea Selatan sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.) Dokter gigi itu berkata bahwa sebagai 'orang timur' kita berbeda dengan 'orang barat' yang serba individual. Timur sangat kolektif dan memikirkan bagaimana performa kita di mata orang lain. Yap, tekanan dari lingkungan sekitar entah itu keluarga atau adat bahkan agama kadang bisa menyetir seseorang untuk terus berlari tanpa memberi tempat untuk jeda. Anyway, 'orang timur' itu juga termasuk Korea Selatan, ya, bukan daratan Arab sana saja.

Selamat Hindia!

Comments

Bachtiar said…
Kenyataannya Hindia punya kekuatan unik. Liriknya halus sekaligus tajam. Nice article