Dan Bibir Itupun Kukecup

Ilustrasi oleh Vladimir Arisov Lokos 


Dan bibir itupun kukecup menjelang tengah malam
Tanpa drama kedipan bintang atau angin laut yang lembab merapat

Bibir yang kudamba ratusan malam itu kukulum lembut
Berbalas-balas asap rokok bertukar-tukar air liur
Suara dialog dua tokoh drama di layar tablet mengecil di pangkal telinga
Justru mesin pendingin ruangan yang semakin bising berdengung

Rupanya mencium bibir pujaan hati tak selalu menimbulkan sunyi
Justru suara-suara yang tak pernah benar-benar didengar, menyeruak seketika

Kudengar denyut nadi dan desir darah amat tangkas
Kudengar detak jantung dan deru napas amat berat
Bising saling tindih
Ajaibnya, suara-suara itu menenangkan secara bersamaan

Dan saat bibir itu kukecup, meledaklah  kegelapan Tafsir baru kumasukkan dalam laci-laci rasa


Ialah dalam dua bibir yang saling memilin, muncul betah mengulang-ulang

Aku tahu sentuhan mampu memicu gerak
Tapi baru kutahu kalau sentuhan juga mampu melemparkanku ke lini masa

Ke detik ini, ke sepuluh tahun lalu atau ke seratus hari lagi

Saat berkecupan, rupanya otak yang paling repot

Dalam waktu yang singkat itu, otak sibuk menyadarkan diri yang terkaget-kaget

Otak sibuk mengukur cara, setelah ini apa, seharusnya seperti apa

Otak sibuk menekan dam mengatur gerak, mengeluarkan pilihan-pilihan

Dan dirimu di dalam dirimu gelagapan memilah data yang disajikan otak
Macam agen rahasia, ia memindai segalanya

Lalu tanpa benar-benar kau tahu, kau justru tahu segalanya

Rupanya semesta tak pernah meninggalkan

Ia muncul kalau diberi ruang

Dan kutambah itu dalam laci-laci rasa
Bahwa di atas segala rencana diri
Ada rencana alam yang juga bekerja

Dan bibir itupun kukecup, mempersilakan cara alam mengisi ruang-ruang yang alpa dinalar

Comments