Menangkap Petir
Ridho Nopriansyah
Tak akan kau dapati sedikitpun
cahaya matahari yang mampu menembus tempat ini. Bahkan satu fragmen warnapun
tak bisa. Ruangan ini gelap. Hanya ada bohlam lampu berwarna kantuk yang
dinyalakan sepanjang waktu. Semua barak berbagi cahaya bohlam itu. Satu untuk
belasan kamar.Apa yang kutulis ini adalah benda paling berharga yang kumiliki. Tidak
ada lagi. Hanya ini, sebab semuanya akan terlihat sama dari sini, apapun itu,
hampa.Maka siapaun yang mendapatkan kertas dengan tanda petir ini, tak perlu
kau baca kalau kau ragu. Aku hanya butuh petarung berhati baja, tidak lembek
dan jangan kaku.
***
Apa yang kau cari dari sejam hidupmu? Harta, menanti
tanda tangan dosen, menunggu balasan pesan dari kekasih, menulis, mengerjakan 3
soal kalkulus, atau mengukur salinitas air?
Apa yang kau cari dari 60 menit yang akan kau selami?
Membungkus kado, mengecek notifikasi
surat elektronik, makan bersama teman, atau membayar tagihan pajak?
Sebab satu jam bukanlah singkat untuk sekadar menguraikan
deretan angka, atau menerjemahkan tumpukan tulisan bertenggat waktu. Atau satu
jam juga bukan waktu yang lama untuk untuk membaca dan merangkum materi kimia
organik.
Relativitas, semua bercerita tentang sudut pandang. Dari
mana dan dengan apa kau melihat sesuatu. Akan beda orang yang diam menilai
cepat laju orang berlari dengan orang yang melihat sambil berenang menyusur
sungai. Akan tetap ada beda. Bukan chaos, tapi memang rumitnya pemikiran masing-masing
manusia. Masing-masing punya kekuatan pula untuk bertahan hidup. Sebab
segalanya tentang persaingan menjadi yang terlihat dan terpakai. Diam, berati
kalah. Maka apa yang kau lakukan dalam sejam hidupmu?
Kalau kau lontarkan pertanyaan itu tiga tahun lalu, kepada pria di sampingku,
dia melakukan sedikit hal
dalam sejam hidupnya. Hanya memasang muka sumringah kepada siapapun. Itulah
yang ia lakukan selama sejam dalam hidupnya. Dan ia harus melakukannya selama enam jam sehari. Gila? Aku juga tak habis pikir
mengapa ia sanggup melakukan hal macam itu saja selama enam jam sehari. Ia menghabiskan waktu
mengerjakan 18 soal kalkulus mu hanya dengan memasang muka sumringah.Melemparkan senyum kepada setiap tamu. Dibalas maupun
tidak.
Padahal ia tegap dan tinggi. Aku malah menyuruhnya
menjadi tentara. Tapi ia tidak
mau, "Tak cocok"
katanya. Mengapa? Relativitas lagi kah. Aku dan ratusan ribu tentara dan jutaan
purnawirawan tentara mungkin melihatnya bagus, sedang pria di sampingku tak
menilai demikian. Semua tergantung darimana kau melihatnya.
Atau perempuan dengan jilbab yang dimasukkan ke dalam
lehernyanya. Selama berjam-jam dia mampu hidup di dalam ruangan dengan
cairan warna-warni yang bergejolak di
sekelilingnya. Ia semangat ketika melihat bagaimana makhluk-makhluk renik
berkembangbiak, atau bagaimana daun berhasil membuat semangkok glukosa. Ia
telah menikah selama sepuluh tahun dan belum mempunyai anak. Konon ia mandul
sebab terlalu lama terpapar zat-zat kimia. "Jangan takut dengan bahan
kimia, apapun yang kau pegang, termasuk rambutmu adalah bahan kimia," ia
menjawab saat kusinggung tentang kegilaannya.
Atau Bapak dengan jenggot putihnya itu. Dia sangat senang mengenang dan mempertanyakan bayak hal.Sedikit saja kau pancing dia dengan cerita masa lalu
atau bagaimana sesuatu bisa terjadi, dia akan mampu menjawabnya dengan segala
penjelasan yang berimbang. Mitos dan sains. Ia dengan fasih menguraikannya. Ia
seperti orang zaman dulu yang melompati portal waktu hingga akhirnya terdampar
di hadapanmu dan menjawab apapun yang kau tanyakan tentang masa lampau.
Akan banyak kau temui orang-orang
gila dalam artian berbeda dari yang biasa di dunia ini. Yang bertahan hidup
dengan segala kecintaan mereka. Yang menuangkan isi kepala mereka untuk
kemudian diuangkan atau dijadikan makanan. Sebab bukankah memang demikian
seharusnya. Mampu hidup denganapa yang kau perjuangkan sendiri. Maka tidak aneh
kalau ada orang-orang yang mau meledakkan dirinya demi berjuang di jalan Tuhan.
Atau rela merubah kelaminnya demi satu hal, mengisi rongga bahagia.
Hari ini sulit mengatakan
segalanya mustahil. Akan kuajak kau masuk ke pembuluh nadiku. Sebetulnya akan
sama juga dengan semua manusia. Setiap saat jantung memompakan enam liter darah
ke seluruh tubuh. Memberi makan ruang-ruang berwana abu yang bergetar agar kau
mampu memikirkan bagaimana caranyamencuri uang negara ini, atau bagaimana
caranya mencari solusi untuk keterpurukan negeri ini, atau sekedar melangkah,
intinya bagaimana caranya agar kau tetap hidup.
Tak beroleh nutrisi dari makanan
berujud darah, ia cari solusi lewat sumsum tulang belakangmu. Mengoreknya
sedikit demi sedikit agar tegak kau berjalan. Mengubah lemakmu menjadi gula,
sama seperti daun, intinya agar kau hidup.
Manusia adalah makhluk cerdas.
Mampu hidup dimana saja dan cepat beradaptasi. Pemikiran manusia akan mampu
menjawab tantangan waktu. Dengan otak-sistem paling rumit di jagat raya-manusia
bahkan tega menyingkirkan sesama.
Hanya masalah waktu hingga
akhirnya manusia dengan segala kemampuan sistem rumit otaknya akan merasa
pemilik segalanya. Sekarang saja sudah banyak pertanda ke arah sana. Sekali
lagi, hanya masalah waktu saja hingga akhirnya kau tak menghormati kedua orang
tuamu lagi. Atau menikahi manusia dengan kelamin yang sama.
Kita adalah manusia yang hidup
dengan budaya yang belum tentu berbudaya. Kita adalah manusia yang sedang
menciptakan budaya baru, sedang mencoba membuat kesepakatan global yang diatur
oleh mereka yang merasa kuat dan menguasai bumi ini.Membuat ciri khas manusia
hari ini untuk diriwayatkan di masa depan. Sebetulnya tidak sesederhana itu. Lebih
kompleks lagi dan semua berdasar logika manusia semata dengan sistem otak
paling rumit se jagat raya.
Ada banyak pemakluman hari ini.
Tentu saja pemakluman atas hal-hal di luar kebiasaan yang sudah ada. Tak perlu
kuuraikan satu per satu. Semuanya berputar dan menyatu dalam satu judul besar,
peradaban. Maka apa yang kau lakukan dalam satu jam hidupmu?
Selain orang-orang yanmg
kuceritakan tadi, sebetulnya masih banyak lagi kegilaan-kegilaan lain yang kau
temui di setiap jengkal bumi ini. Buka matamu. Satu tip dariku, agar semakin
banyak kegilaan yang kau temui, maka kaitkan saja dengan agama. Maka kau akan dapati
fakta-fakta mencengangkan tentang manusia dan agama hari ini.
Kau pikir angka-angka di bursa
saham itu bergerak sendiri, fluktuatif. Kau pikir penindasan terghadap kaum
minoritas di dunia ini hanya sebuah bahan perbincangan dengan teman agar kau
disebut tahu keadaan global. Dan pelemparan isu perubahan iklim dirangkum
sebagai ketakukan manusia. Yakinlah, semua punya kisah yang tak sederhana. Tak
ada yang tak punya kepentingan di dunia ini. Seperti yang kukatakan tadi, semua
punya cara masing-masing untuk bertahan hidup.
Maka jawab apa yang kamu lakukan
selama satu jam hidupmu?. Terserah kau kalau mau merubahnya setiap saat. Ini
hidupmu, kau punya hak penuh menetukan pilihan. Termasuk memilih untuk ikut
berbudaya atau tidak. Tip kedua dari saya, berbedalah agar kamu terlihat di
antara miliaran manusia. Tapi ada sedikit catatan, kalau begitu jangan tinggal
di negeri ini, atau negeri semacam negeri ini. Pergilah ke tempat dimana kau
yakin kau dengan idealismemu bisa tumbuh dan membelah diri.Atau nasibmu akan
berakhir seperti aku.Berbeda berarti melawan dan memberontak. Artinya negara
berhak menahanmun dalam kamar gelap dan lembab. Cari tempat dimana berbeda
bukanlah melawan dan memberontak. Tetapi berbeda adalah varietas baru yang
dicari dan dihargai.
***
Comments